Review Buku, Rahasia Perempuan Madura, A. Dardiri Zubairi

REVIEW BUKU

Judul: Rahasia Perempuan Madura
Penulis: A. Dardiri Zubairi
Penerbit: Al-Afkar Press Surabaya
Genre: Nonfiksi, Esai Kebudayaan
Tahun Terbit: 2012
Tebal: 127


Membaca buku mungil ini membuat saya menerawang jauh menyusuri kenangan masa lampau. Pasalnya apa yang ditulis oleh A.Dardiri Zubairi dalam buku ini sama  sekali bukan hal asing. Karena, meski saya bukan 100 perseniberdarah Madura dan kini berdomisili di Malang, tapi saya lahir, tumbuh, besar, makan dan minum dari tanah Pulau Garam.

Dardiri dengan gaya bahasa yang komunikatif, apik sekali menulis kearifan lokal Madura yang jarang diketahui dunia luar karena kalah oleh stereotype yang terlanjur  menguar bahwa Madura itu keras. Padahal Madura pun memiliki sisi humanis yang lembut dan membumi.

Contoh kearifan lokal Madura yang ditulis Dardiri yaitu tentang filosofi Ayam. Dalam Esai yang berjudul Bukan Sembarang Ayam, disebutkan bahwa selain sapi, orang Madura menempatkan ayam  sebagai hewan peliharaan penting yang membentuk budaya Madura. 

Bagi orang Madura, ayam bukan sekedar memiliki fungsi ekonomi, namun juga sosial. Sudah biasa di kalangan mereka untuk memberikan ayam sebagai buah tangan kepada teman atau kerabat, atau orang tua memberikan ayam kepada anaknya untuk dipelihara.

Banyak falsafah hidup yang bisa diambil dari seekor ayam. Misal, kar kar kar colpe' yang merujuk pada ayam dalam mencari makanan yaitu nyakar dulu baru dipatok. Suatu pekerjaan yang membutuhkan keuletan dan ajeg.

Atau falsafah lain dari seekor ayam yaitu, mon lako tedung gi laggu, rizkina e colpe' ajam yang berarti bila sering tidur pagi, rezekinya dipatok ayam. 

Lalu dalam esai berjudul Rahasia Perempuan Madura, disebutkan bahwa budaya Madura tidak melulu mengukur kecantikan hanya secara fisik. Tapi rupanya, pandangan atau stereotype luar yang menilai bahwa Madura identik dengan keras, sampai juga pada ranah penilaian kecantikan terhadap perempuan Madura. Bahkan secara fisik, J.S Brands Buys (1926) dalam buku karya De Jonge (2011), menyatakan bahwa perempuan Madura itu secara umum memiliki ciri-ciri

Perempuan Madura tidak terlalu anggun dan berwibawa.
Struktur tulangnya kelewat kasar untuk itu dan raut mukanya terlalu tebal. 
Gadis ciliknya jauh lebih halus, namun segera kasar begitu mereka tumbuh dewasa.

Sebagai perempuan Madura, saya tentu tak sepenuhnya setuju dengan pernyataan bule di atas. Banyak kok, perempuan Madura yang cantik, lembut, putih dan gemulai. Contohnya saya #Eh. Langsung ditimpuk bakso hahaha.

Namun biarlah, tak apa bila kecantikan perempuan Madura seakan terselubung oleh berbagai mitos. Karena bagi orang Madura, disebut cantik bila raddin atena, bagus tengka gulina (Cantik hatinya dan bagus/luhur budi pekertinya).

Selain dua esai di atas, 22 esai lain yang tak kalah menarik untuk dibaca.

Tentang Penulis

A. Dardiri Zubairi adalah guru MAdrasah Aliyah Nasy'atul Mutaallimi. Lahir dan besar di Sumenep. Menempuh pendidikan di lemabaga Pendidikan Nasy'atul Muataallimi tempatnya mengabdi sekarang. 
Aktif menulis di blog dan beberapa media nasional maupun lokal sejak kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta giat dalam kegiatan jurnalisme warga. Dardiri bisa dijumpai di Facebook dengan nama A. Dardiri Zubairi dan di blog rampak-naong.blogspot.com



Comments

Post a Comment