Penaklukkan Konstantinopel (2): Ramalan Heraclius Hingga Dibukanya Jalan Penaklukkan Oleh Khalifah Umar


Penaklukkan Konstatinopel (2): Ramalan Heraclius Hingga Dibukanya Jalan Penalukkan Oleh Umar Bin Khattab

Meski saudara kembarnya (Kekaisaran Romawi Barat) telah runtuh, Kekaisaran Romawi timur terus bertahan dengan wilayah kekuasaan meliputi Yunani, Eropa bagian timur (semenanjung Balkan), lalu di sisi Asia: Seljuk (Turki), Syam, Palestina, lanjut ke terusan Gaza sampai pesisir utara Mesir di Afrika. (Lihat peta Romawi Timur yang berwarna kuning). Mereka terus hidup dengan beragama Nasrani yang telah menyimpang jauh dari ajaran murni dari Nabi Isa as.

Baca (1) Sejarah Konstatinopel


Warna Merah: Kekaisaran Romawi barat yang runtuh pada 476 M. Warna kuning: Kekaisaran Romawi Timur yang masih bertahan hingga 1453


Sampai suatu saat tibalah suatu masa ketika bumi dan langit bercahaya. Berhala-berhala di Mekkah bertumbangan, Istana Kisra Persia bergoncang hingga 14 pilar roboh, api-api sesembahan kaum majusi yang dianggap abadi dan dianggap tak akan pernah padam tiba-tiba padam membuat mereka ketakutan, danau Sawaat yang dianggap suci airnya menyusut dan kuil-kuil pemujaan disekelilingnya ambruk, pohon-pohon kurma yang kering dan layu tumbuh kembali. Saat itulah, lahir bayi pilihan diberi nama Muhammad yang terjadi pada senin 12 Robiul Awal tahun gajah atau 22 April 571 M di Makkah.

Waktu berbilang cepat, Muhammad yang telah menjadi pria dewasa sedang berkhalwat di gua Hiro. Allah telah membuat pria itu suka berkhalwat sehingga menjadi kebiasaan sejak beberapa tahun belakangan di bulan Ramadhan. Dengan berkhalwat, Muhammad bisa merenung tentang proses penciptaan juga hidup dan kehidupan. Secara tidak langsung, ini adalah cara Allah untuk menyiapkan jiwa Muhammad untuk menerima tugas kerasulan.

Dan sampailah pada tahun ke empat puluh sejak kelahirannya, tepatnya pada bulan Ramadhan. Melalui Jibril, Allah resmi mengangkat Muhammad sebagai nabi dan rasul akhir zaman. Dengan tugas untuk menyebarkan agama Allah serta memurnikan kembali risalah tauhid yang dibawa pendahulunya dan telah melenceng. Muhammad kembali menyalakan lentera tauhid yang hampir padam di muka bumi ini.

Heraclius meramal bahwa suatu saat, Konstatinopel akan jatuh pada Kaum Muslimin

Pada saat Nabi hijrah ke Madinah, seruan untuk meninggalkan sesembahan selain Allah dan kembali hanya menyembah kepada yang Haq, semakin kencang dilakukan. Tak ayal seruan ini sampai juga kepada Kaisar Heraclius yang berkuasa di Romawi timur saat itu.  Dengan mengustus utusan bernama Dihyah Al-Kalbi, Nabi mengirim surat kepadanya yang berbunyi:

Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraclius penguasa Romawi.
Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk. Masuk Islamlah niscaya kamu selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan memberimu pahala dua kali lipat. Jika kamu berpaling, kamu akan menanggung dosa-dosa orang Al- Arissiyin.

Hai ahli kitab, marilah berpegang kepada suatu ketetapan yang sama di antara kita, bahwa kita tak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan tidak mempersekutukannya dengan apa pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian lain sebagai sesembahan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri pada Allah.

Ini bukanlah surat biasa. Karenanya Heraclius langsung mencari tahu siapa sebenarnya Muhammad. Diantaranya bertanya kepada kafilah dagang Quraysi pimpinan Abu Sufyan yang kebetulan saat itu berada di Syam. Kafilah itu dihadapkan pada Heraclius yang lalu terjadi dialog panjang seperti tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Dari dialog itu, Kaisar Heraclius memberi pengakuan bahwa ia mengakui kenabian Muhammad. Hanya saja ia tak memenuhi seruan itu karena takut kehilangan tahtanya.

Heraclius juga berkata kepada Abu Sufyan, “ Jika semua yang kamu katakan adalah benar, maka ia akan menguasai temaot kakiku berpijak saat ini. Aku tahu seorang Nabi akan muncul, hanya aku sama sekali tak mengira bahwa ia berasal dari golongan kalian. Jika aku bisa menemuinya, niscaya aku akan memuliakan dan membasuh kakinya.”

Juga kepada utusan Nabi, Dihyah Al-Kalbi, Heraclius berkata. “ Sungguh aku tahu, sahabatmu adalah seorang Nabi yang diutus, yang kami tunggu serta kami tahu berita kedatangannya dalam kitab suci kami. Namun aku takut orang-orang Romawi akan melakukan sesuatu terhadap diriku. Jika bukan karena hal itu, aku pasti akan mengikutinya.”

Selain kepada Heraclius, Nabi juga mengirim surat pada seluruh penguasa di seluruh jazirah arab dan sekitarnya. Kepada Najasy Raja Habasyah, Al-Muqauqis Raja Mesir, Kisra Raja Persia, al-Harits Al- Ghassani penguasa Ghassan, Hauzah bin Ali penguasa penguasa Yamamah, Al-Mundzir As Sawi penguasa Bahrain dan sebagainya termasuk raja-raja Oman dan penguasa Yerussalem. Satu persatu negeri-negeri itu takluk dalam pangkuan Islam.

Umar Al-Faruq, Pembuka Jalan Menuju Penaklukkan 

Sabda Nabi yang mengatakan bahwa kelak Konstatinopel akan jatuh pada kaum muslimin Pemimpinnya adalah sebaik-baik pemimpin serta pasukan yang dipimpinnya adalah sebaik-baik pasukan, menjadi pemantik semangat yang luar biasa berabad-abad lamanya. 

Sabda itu seumpama sayembara. Semua pemimpin setelah setelah Nabi wafat berlomba-lomba untuk menjadi penakluk Konstatinopel. 

Khalifah Umar Bin Khattab, membuka jalan penaklukkan itu. Dimulai dari penaklukkan daratan Syam seluruhnya (Syiria, Yordania hingga Lebanon). Pasukan Romawi di Syam digilas oleh keperkasaan pasukan Islam yang dikirim Umar di bawah pimpinan Khalid al-Walid dalam perang Yarmuk. Menyusul kemudian wilayah kekuasaan Romawi lainnya seperti Palestina dan Mesir. Wilayah Romawi yang tersisa pada masa Khalifah Umar tinggallah Anatolia (Turki sisi Asia). Belum sempat menyerang langsung Konstatinpel, Khalifah Umar wafat.


Peta Wilayah Kekhalifan Islam Masa Umar Al-Faruq
Peristiwa penaklukkan Palestina dan Jerussalem oleh Khalifah Umar dikenang dunia sebagai penaklukkan penting dan damai. Bahkan Uskup Sophronius, perwakilan Kaisar Romawi Timur di Palestina dan Jerussalem, sangat kaget bahwa apa yang dibayangkannya tentang Khalifah sangat jauh dari ekspektasi, Ternyata Khalifah Umar adalah orang yang bersahaja, lembut namun tegas sekaligus. Pakta perjanjian antara Pasukan Islam dan penduduk Jerussalem yang ditandatangani Khalifah Umar menunjukkan bahwa Islam masuk dengan damai. Tidak ada yang terusir, tidak ada yang dibunuh, tidak ada yang dipaksa pindah agama. Semuanya terlindung dan aman di bawah  pemerintahan Islam. Bandingkan dengan bangsa Israel kini, yang mengekspansi Palestina dengan keji.

Khalifah penggantinya, Utsman bin Affan melanjutkan perjuangan menggempur Imperium Romawi. Utsman membentuk armada laut sebanyak 1600 kapal untuk mengamankan seluruh wilayah pesisir Afrika Utara yang telah berhasil dikuasai kaum muslimin.

Pada tahun 654 M, Utsman mengirim pasukan yang dipimpin Muawiyyah Bin Abu Sufyan dengan jumlah pasukan yang besar untuk menyerang Konstatinopel. Saat itu sebagian wilayah Anatolia/Asia kecil (Turki sisi Asia) berhasil dikuasai kaum muslimin. Namun mereka gagal. Pertahanan Konstatinopel sangat kuat. Selain dibentengi dengan tembok berlapis-lapis, Konstatinopel juga memiliki banteng alam berupa tiga lautan yang mengelilinginya yaitu, Laut Marmara, selat Bhosporus dan teluk tanduk emas (Golden Horn). Untuk menghalangi masuk melalui Golden Horn, ada rantai besar yang sangat kuat sehingga kapal siapapun yang nekat menerobos rantai itu akan hancur. 


Konstatinopel dilihat dari atas. Kiri: Laut Marmara, depan: Selat Bhosporus, kanan: teluk Tanduk Emas yang dipagari rantai raksasa


Lalu kekhalihafan berlanjut pada Muawiyyah bin Abu Sufyan. Sang Khalifah telah melihat semangat kaum muslimin untuk menaklukkan Konstatinopel baik melalui jalur darat maupun laut. 

Pada tahun 668 M, Khalifah Muawiyyah mengirim pasukan yang dipimpin Panglima Yazid untuk mengepung Konstatinopel. Dari laut, Muawiyyah mengerahkan armadanya yang gagah berani dari Hellespont (sebuah daerah di teluk Dardanela Turki barat laut) menuju laut Marmara sampai ke selat Bhosporus. Dari jalar darat, pasukan Islam menerebos masuk melalui Asia kecil menuju Khalsedon yang berseberangan langsung dengan Konstatinopel. Pasukan darat lalu dijemput armada laut dan diseberangkan ke pantai Konstatinopel. 

Namun sayang, Benteng Konstatinopel masih terlalu kuat untuk ditembus. Bahkan dengan jumawa pasukan Romawi meluluhlantakkan pasukan muslim dengan senjata terbaru yang oleh ahli sejarah dinamakan Greek Fire. Yaitu bola-bola berisi cairan naphtha yang dilontarkan ke laut dan akan berpendaran di permukaan air. Belum lagi panah-panah api turut dilempar menjadikan selat Bhosporus terbakar dan menghancurkan kapal Muslimin.

Dalam penaklukan ini, ikut serta sahabat Nabi yang meskipun sudah renta (80 tahun) tetap bersemangat untuk menjemput syahid di bumi Konstatinopel. Sahabat itu bernama Abu Ayyub Al-Anshari. Beliau dimakamkan di tepi banteng Konstatinopel paling jauh yang dapat dicapai pasukan Islam.

Baca Abu Ayyub Al Anshari, Sang Mujahid Agung

(4) Penaklukkan oleh Al-Fatih 

Wallahua'lam


Comments